Senin, 12 Mei 2025
  • DIBUKA Pendaftaran Santri Baru Tahun 2025-2026 kunjungi psb.alrifaiedua.sch.id

Kisah tentang hadist “Al-mar’u Ma’a man Ahabba”

Kisah tentang hadist "Al-mar'u Ma'a man Ahabba"

Hadis “Al-mar’u Ma’a man Ahabba”adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, dua kitab hadis yang dianggap paling otentik oleh umat Islam. Hadis ini menyampaikan pesan tentang urgensi dan keutamaan wanita untuk tinggal bersama suaminya yang dicintainya. Terjemahan harfiahnya adalah “Wanita itu bersama dengan orang yang dicintainya.”

Berikut ini adalah ringkasan cerita yang melibatkan hadis tersebut:

Latar Belakang: Cerita ini terjadi pada masa kehidupan Rasulullah SAW di Madinah. Seorang wanita bernama Tha’labah bin Qais datang kepada Rasulullah SAW dengan keluhan tentang suaminya yang merupakan seorang tua yang tidak lagi menarik bagi dirinya.

Cerita: Tha’labah bin Qais datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak mencela karakter atau agama suamiku, tetapi aku hanya ingin menceraikannya karena aku merasa tidak bahagia dengannya.” Rasulullah SAW, yang selalu mendengarkan keluhan dan pertanyaan umatnya dengan penuh perhatian, bertanya kepadanya, “Apakah kamu akan mengembalikan mas kawin yang telah dia berikan padamu?”

Tha’labah menjawab, “Iya, aku bersedia mengembalikan mas kawin yang diberikan oleh suamiku.” Rasulullah SAW kemudian menyarankan agar dia mempertimbangkan kembali, karena dia dapat mempertahankan mas kawin itu dan mengembalikannya setelah suaminya meninggalkannya.

Ketika Tha’labah kembali ke rumahnya, dia menemui suaminya dan memberi tahu tentang keinginannya untuk menceraikan dirinya. Suaminya merasa kebingungan dan bertanya mengapa. Tha’labah menjelaskan bahwa dia ingin menceraikan dirinya karena merasa tidak bahagia. Suaminya kemudian berkata, “Apakah ada masalah dengan perilaku atau agamaku?” Tha’labah menjawab bahwa tidak, hanya saja dia merasa tidak nyaman dengan usia suaminya yang lebih tua.

Suaminya yang bijaksana kemudian berkata, “Apa yang engkau katakan benar, aku tidak bisa mengubah usiaku. Jika itu yang membuatmu tidak bahagia, maka katakanlah apa yang ingin kau lakukan.” Tha’labah kemudian menyatakan bahwa dia ingin menceraikan dirinya. Suaminya kemudian berkata, “Aku tidak akan menghalang-halangi keputusanmu, tetapi aku ingin memberitahumu sesuatu. Sebelum kamu membuat keputusan, pergilah ke Masjid Nabawi dan tinggallah di sana selama beberapa hari. Lihat bagaimana kehidupan di sana, dan jika setelah itu kamu masih ingin menceraikan dirimu, maka itu adalah keputusanmu.”

Tha’labah setuju dengan usul suaminya dan pergi ke Masjid Nabawi. Dia menyaksikan kehidupan umat Islam yang penuh kedamaian dan kebersamaan di dalam masjid tersebut. Dia menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah semata-mata tergantung pada usia, tetapi lebih pada kualitas kehidupan dan hubungan yang harmonis.

Setelah beberapa hari, Tha’labah kembali kepada suaminya dan berkata, “Aku ingin tinggal bersamamu. Aku menyadari bahwa kebahagiaan tidak terletak pada usia seseorang, tetapi pada bagaimana kita menjalani kehidupan bersama.” Suaminya menyambutnya dengan senang hati, dan dari saat itu, pasangan itu hidup bahagia bersama.

Pelajaran dari Hadis “Al-mar’u Ma’a man Ahabba”:

Hadis ini mengajarkan bahwa kebahagiaan dalam pernikahan tidak hanya tergantung pada faktor usia atau fisik semata. Keutamaan terletak pada cinta, pengertian, dan komitmen untuk membangun kehidupan bersama. Ini adalah hadis yang mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam pandangan dunia yang seringkali terlalu memprioritaskan penampilan fisik atau usia dalam hubungan pernikahan.

Ridwan Raul

Tulisan Lainnya

Fishbon
Oleh : admin

Fishbon

Sabun Cuci Piring
Oleh : admin

Sabun Cuci Piring

Piksoen
Oleh : admin

Piksoen

My Secret With You
Oleh : admin

My Secret With You

0 Komentar

KELUAR